Jumat, 30 Januari 2015

kELas kATa

KELAS KATA


Kata merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.
Dalam kalimat, kata memiliki kedudukan atau jabatan seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan. Dalam kaitannya dengan jabatan di  dalam kalimat dan hubungannya dengan fungsi serta makna yang ditunjukkannya, kata dikategorikan ke dalam kelas kata.
Dalam perkembangan tata bahasa Indonesia, terdapat banyak rumusan tentang kelas kata oleh para ahli bahasa.Namun secara umum, kelas kata terbagi menjadi berikut ini.
1.  Kata kerja (verba)
2.  Kata sifat (adjektiva)
3.  Kata keterangan (adverbia)
4.  Kata benda (nomina), kata ganti (pronomina), kata bilangan (numeralia)
5.  Kelompok kata tugas ialah :
  • Kata Sandang (artikel)
  • Kata Depan (preposisi)
  • Kata Hubung (konjungsi)
  • Partikel
  • Kata Seru (interjeksi)

1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja atau verba adalah kata yang menyatakan perbuatan atautindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat.Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
Ciri kata kerja:
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah
    Contoh: akan mandi, akan tidur, sedang makan, telah pulang
2. Dapat diingkari dengan kata tidak
    Contoh: tidak makan, tidak tidur.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan + KB/KS
    Contoh: Pergi dengan adik, menulis dengan cepat.
Macam-macam kata kerja (verba):
a. Verba dasar bebas, seperti: duduk, makan, mandi, minum, pergi, pulang, tidur
b. Verba turunan, terdiri atas:
1. Verba berafiks:
Contoh: ajari, bernyanyi, bertaburan.
2. Verba bereduplikasi:
Contoh: bangun-bangun, ingat-ingat, makan-makan, marah-marah.
c. Verba berproses gabung:
Contoh:  bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, makan-makan.
d. Verba majemuk :
Contoh:  cuci mata, campur tangan, unjuk gigi.
e. Verba transitif (kata kerja yang membutuhkan objek)
Contoh :  -  Saya menulis surat.
                                 S         P           O
                -   Adik membeli balon.
                                    S           P          O
f. Verba intransitif (kata kerja yang tak memerlukan objek)
Contoh :   -  Mereka duduk di taman.  
                                    S           P               K
                             -  Anak-anak itu bersepeda di sepanjang pantai.
                                     S                       P                    K
                             -   Adik sedang mandi.
                                    S               P

2. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaan watak, dan tabiat orang/binatang/ benda.Kata sifat umumnya berfungsi sebagai predikat, objek dan penjelas subjek.
Ciri-ciri kata sifat:
1. Dapat diberi keterangan pembanding lebih, kurang, dan paling
            Contoh:  lebih indah, kurang bagus, paling kaya.
2. Dapat diberi keterangan penguat: sangat, amat, benar, terlalu, dan sekali
            Contoh: sangat senang, amat keras, mahal benar, terlalu berat, sedikit sekali.
3. Dapat diingkari dengan kata tidak
Contoh: tidak benar, tidak halus, tidak sehat, dan sebagainya.
Macam-macam adjektiva:
a.  Ajektiva dasar, seperti  adil, afdol, bangga, baru, cemas, disiplin, anggun, bengkak.
b. Adjektiva turunan terdiri atas:
1. adjektiva berafiks
            contoh: terhormat, terindah, kesakitan, kesepian, keinggris-inggrisan.
 2. adjektiva bereduplikasi
            contoh:  muda-muda, elok-elok, cantik-cantik.
3. adjektiva berafiks –i, -wi, -iah
contoh:  abadi, duniawi, insani, ilmiah, rohaniah, surgawi.
  1.  Adjektiva deverbalisasi, misalnya:  melengking, terkejut, menggembirakan, meluap.
  2.  Adjektiva denominalisasi, misalnya: berapi-api, berbudi, budiman, kesatria, berbusa.
  3.  Adjektiva de-adverbialisasi, misalnya : bersungguh-sungguh, berkurang, bertambah.
  4.  Adjektiva denumeralia, misalnya: manunggal, mendua, menyeluruh.
  5.  Adjektiva de-interjeksi, misalnya: aduhai, sip, asoy.
  6.  Adjektiva majemuk, misalnya: panjang tangan, buta huruf, lupa daratan, tinggi hati.
  7. Adjektiva eksesif (berlebih-lebihan), misalnya :alangkah gagahnya, bukan main kuatnya, Maha kuasa.3. Kata Keterangan (Adverbia)
  8. Kata keterangan atau adverbia adalah kata yang memberi keterangan
  9. pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat.

3. Kata Keterangan (Adverbia)
 Macam-macam adverbia:
  1. Adverbia dasar bebas, misalnya: alangkah, agak, akan, amat, nian, niscaya, tidak, paling,
pernah, pula, saja, saling.
b.  Adverbia turunan terbagi atas:
1.  Adverbia reduplikasi, misalnya: agak-agak, lagi-lagi, lebih-lebih,paling-paling.
2.  Adverbia gabungan, misalnya: belum boleh, belum pernah, atau tidak mungkin.
3.  Adverbia  yang berasal dari berbagai kelas, misalnya: terlampau, agaknya, harusnya,
     sebaiknya, sebenarnya, secepat-cepatnya.

4.  Kata Benda (Nomina), Kata Ganti (Pronomina), Kata Bilangan (Numeralia)
a.  Kata Benda (Nomina)
Kata benda atau nomina adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak).Kata benda berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Ciri-ciri kata benda:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan.
Contoh : bukan gula, bukan rumah, bukan mimpi, bukan pengetahuan.
2. Dapat diikuti dengan gabungan kata yang + KS (kata sifat) atau yang sangat + KS
Contoh : buku yang mahal, pengetahuan yang sangat penting, orang yang baik.
Macam-macam nomina:
  • Nomina bernyawa, misalnya: Umar, Abdullah, nenek, nona, ayah, kerbau, ayam.
  • Nomina tak bernyawa, misalnya: nama lembaga, hari, waktu, daerah, bahasa.
  • Nomina terbilang, misalnya: kantor, rumah, orang, buku.
  • Nomina tak terbilang, misalnya: udara, kebersihan, kemanusiaan.
  • Nomina kolektif, misalnya: cairan, asinan, buah-buahan, kelompok.
  • Nomina ukuran, misalnya: pucuk, genggam, batang, kilogram, inci.
  • Nomina dari   proses nominalisasi, misalnya: keadilan, kenaikan, pembicara, pemotong, anjuran, simpulan, pengumuman, pemberontakan.
  • Nominalisasi dengan  si dan  sang, misalnya: si kecil, si manis, sang kancil, sang dewi.
  • Nominalisasi dengan  yang, misalnya: yang lari, yang berbaju, yang cantik.
b. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti atau pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacupada nomina lain.  Pronomina berfungsi untuk mengganti kata benda ataunomina.
Macam-macam pronomina:
      Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia, yakni (1)  pronominal persona, (2)  pronomina penunjuk  (3)  pronomina penanya.

1. Pronomina Persona
  • Pronomina reduplikasi, misalnya: kita-kita, dia-dia, dan beliau-beliau.
  • Pronomina berbentuk frasa, misalnya: kamu sekalian, aku ini, dia itu.
  • Pronomina takrif, terbatas pada pronomina persona (orang) misalnya:
  • Pronomina persona I (kata ganti orang I) : saya, aku (tunggal),
  • dan kami, kita (jamak)
  • Pronomina persona II (kata ganti orang II) : kamu, engkau, Anda (tunggal), dan kalian, Anda sekalian (jamak)
  • Pronomina persona III (kata ganti orang III) : ia, dia, beliau (tunggal), dan mereka (jamak)
  • Pronomina tak takrif, tidak menunjuk pada orang atau benda tertentu, misalnya : sesuatu, seseorang, barang siapa, siapa, apa-apa, anu, dan masing-masing sendiri.
2. Pronomina Penunjuk
Pronomina Penunjuk dalam bahasa Indonesia ada tiga macam.
  • Pronomina penunjuk umum: ini, itu, dan anu.
  • Pronomina penunjuk tempat: sini, situ, atau sana.
  • Pronomina penunjuk ihwal: begini dan begitu.
Pronomina Penanya :
Pronomina penanya adalah pronomina yang dipakai sebagai pemarkah pertanyaan.Contoh:  siapa, apa, mana, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan berapa.
c. Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan atau numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, dan benda.
Numeralia utama (kardinal), terdiri atas:
  • Bilangan penuh, misalnya: satu, dua, tiga, puluh, ribu, juta.
  • Bilangan pecahan, misalnya: sepertiga, duapertiga, lima perenam.
  • Bilangan gugus, misalnya: selikur (21), lusin, gros, kodi, atau ton.
  • Numeralia tingkat, yaitu numeralia yang menunjukkan urutan atau struktur
Misalnya:  pertama, kesatu, kedua, keempat, ketiga belas.
 Numeralia kolektif, numeralia yang terbentuk oleh afiksasi, misalnya :  ketiga (ke + Num),
 ribuan, ratusan (Num + -an), beratus-ratus, dan bertahun-tahun (ber- + Num)

5.  Kelompok Kata Tugas
Kata tugas terdiri atas:
a. Kata Sandang (Artikel)
Kata sandang atau artikel adalah kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda.
Macam-macam artikel:
a). Artikula/artikel bermakna tunggal, misalnya: sang guru, sang suami, sang juara.
b). Artikula/artikel bermakna jamak, misalnya: para petani, para guru, para ilmuwan.
c). Artikula/artikel bermakna netral, misalnya: si hitam manis, si dia, si terhukum.
d).Artikula/artikel bermakna khusus, misalnya: Sri Baginda, Sri Ratu, Sri Paus (gelar
     kehormatan),  Hang Tuah, dan Dang Halimah (panggilan pria dan wanita dalam sastra
     lama)
b. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan(frasa preposisional).
Macam-macam preposisi:
a). Preposisi dasar, misalnya:  di , ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.
b). Preposisi turunan, terdiri atas:
(a). gabungan preposisi dan preposisi, misalnya : di depan, ke belakang, dari muka.
(b). gabungan  preposisi + preposisi +  non-preposisi, misalnya : di atas rumah, dari
       tengah-tengah kerumunan.
(c). gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata, misalnya dari rumah ke
       jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.
(d).  Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup, misalnya sekeliling, sekitar, sepanjang,
      seputar.
c. Kata Hubung (Konjungsi)
Kata hubung atau konjungsi adalah kata yang  berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat.
Macam-macam konjungsi:
  • Konjungsi penambahan, misalnya: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.
  • Konjungsi urutan, misalnya: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.
  • Konjungsi pilihan, misalnya: atau
  • Konjungsi perlawanan, misalnya:  tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya, padahal.
  • Konjungsi menyatakan waktu, misalnya: ketika, sejak, saat, dan lain-lain
  • Konjungsi sebab-akibat, misalnya: sebab, karena, karena itu, akibatnya dan lain-lain
  • Konjungsi persyaratan, misalnya: asalkan, jikalau, kalau, dan lain-lain
  • Konjungsi pengandaian, misalnya: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.
  • Konjungsi harapan/tujuan, misalnya: agar, supaya, hingga.
  • Konjungsi perluasan, misalnya: yang
  • Konjungsi pengantar objek, misalnya: bahwa
  • Konjungsi penegasan, misalnya: bahkan dan malahan
  • Konjungsi pengantar wacana, misalnya: adapun, maka, jadi.
d. Partikel
Partikel adalah kategori atau unsur yang bertugas memulai,mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi.
Unsur ini digunakan dalam kalimat tanya, perintah dan pernyataan (berita).
Macam-macam partikel:
a).  kah, misalnya: Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
b).  kan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu!
c).  deh, misalnya: Makan deh, jangan malu-malu.
d).  lah, misalnya: Tidurlah hari sudah malam!
e).  dong, misalnya: Bagi dong kuenya.
f).  kek, misalnya: cepetan kek, lama sekali.
g).  pun, misalnya:  Membaca pun ia tak bisa.
h).  toh, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah.
FRASA

Frasa adalah bagian kalimat yang terbentuk dari dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi atau jabatan di dalam kalimat.Di dalam kalimat terdapat subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K), dan pelengkap (pel).
Contoh :
-   Dokter membaca buku.
                     S        P              O
-   Dokter muda  sedang membaca  buku cerita.
                  S            P                            O
-   Dokter muda ganteng sedang asyik membaca buku cerita komik.
                     S                                P                                O
Frasa dibedakan atas:
1. Frasa nominal: frasa yang unsur pusatnya kata benda.
Contoh :    -  kamar anak
                        -  buku gambar
2. Frasa  verbal: frasa yang unsur pusatnya kata kerja.
Contoh :    -  sedang tidur
                        -  telah belajar
3. Frasa  adjektival: frasa yang unsur pusatnya kata sifat.
Contoh:    -  cukup pintar
                       -  agak lambat
4. Frasa  adverbial: frasa yang unsur pusatnya kata keterangan.
Contoh:   -  pagi sekali
                     -  sangat tekun
5. Frasa  preposisional (kata depan): frasa yang terdiri dari unsur kata depan dan kata benda.
Contoh:     -  di kota
                        -  dari kantor - See more at: http://deden-arpega.blogspot.com/2013/09/jenis-jenis-kata-dalam-bahasa-indonesia.html#sthash.orXqJOSj.dpuf

Teknik Membaca

Macam-Macam Teknik Membaca
 Macam-macam teknik membaca

 Macam-macam teknik membaca menurut para ahli :
Jenis-jenis Membaca Menurut Prastiti (2006: 20) : Berdasarkan tujuan atau maksudnya, membaca dibagi menjadi beberapa jenis antara lain membaca intensif, membaca teknik, membaca cepat, membaca kritis, dan membaca indah. Kelima jenis membaca tersebut dijelaskan pada penjabaran berikut ini.
a. Membaca Intensif/Membaca Pemahaman Membaca jenis ini sering juga disebut membaca pemahaman yang sangat memerlukan kecermatan dan ketajaman berpikir. Membaca intensif merupakan kunci memperoleh ilmu pengetahuan. Membaca intensif adalah perbuatan membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti. Membaca jenis ini sangat diperlukan jika ingin mendalami suatu ilmu secara detail, ingin mengetahui isi suatu materi, bahan-bahan yang sukar dan lain-lain.
 b. Membaca Teknik Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada pelafalan kata-kata baku, melagukan kalimat dengan benar, pemenggalan kelompok kata dan kalimat dengan tepat, menyesuaikan nada, irama, dan tekanan, kelancaran dan kewajaran membaca serta jauh dari ketersendatan, kesalahan ucap atau cacat baca lain. Membaca teknik dilaksanakan dengan bersuara. Oleh karena itu, membaca jenis ini memiliki manfaat ganda baik pembaca maupun orang lain.
c. Membaca Cepat Membaca jenis ini dilakukan jika pembaca ingin memperoleh gagasan pokok wacana dalam waktu relatif singkat, tetapi juga mendapat hasil bacaan yang banyak. Dua faktor yang tidak dapat diabaikan pada jenis membaca ini adalah kecepatan dan ketepatan. Hal-hal yang dapat menghambat cara membaca cepat harus dihindari seperti regresi, vokalisasi, membaca kata demi kata, kalimat demi kalimat, dan lain-lain.
 d. Membaca Kritis Membaca kritis adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta dalam bacaan, kemudian menganalisisnya. Membaca jenis ini dilakukan secara bijak, mendalam, evaluatif, dan analisis sebagai kunci membaca jenis ini. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa membaca kritis tidak hanya sekedar fakta yang tersurat, tetapi juga tersirat menemukan alasan mengapa penulis menyatakan hal tersebut. Membaca kritis memerlukan berbagai keterampilan, meliputi mencari isi wacana, menganalisis dan menilai gagasan yang terdapat dalam bacaan.
 e. Membaca Indah Pada hakikatnya membaca indah merupakan usaha menghidupkan dan untuk mengomunikasikan suatu bahan bacaan yang mempunyai nilai sastra dengan mengutamakan segi keindahan dalam penyampaiannya. Membaca yang indah erat sekali hubungannya dengan keterampilan membaca karya sastra. Membaca jenis ini menitikberatkan pada pengungkapan segi keindahan yang terdapat pada suatu karya sastra. Alur suaranya hendaknya jatuh pada gagasan-gagasan, sebagaimana layaknya orang bicara. Gerak dan mimik sejalan dengan pokok gagasan yang terkandung dalam teks agar apa yang dibaca dapat dipahami oleh pendengar. Tarigan (2008: 12-13).
Tarigan membedakan kegiatan membaca dalam jenis membaca bersuara atau membaca nyaring (oral reading atau reading aloud) dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca bersuara atau membaca nyaring dipandang tepat untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis seperti pengenalan bentuk huruf dan unsur-unsur linguistik. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan yang bersifat pemahaman maka yang paling tepat adalah membaca dalam hati. Kedua macam membaca menurut Tarigan di atas mempunyai fungsi masing-masing. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang berfungsi sebagai alat bagi guru, murid, atau pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran dan perasaan seorang pengarang. Membaca dalam hati hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Dalam hal ini, pembaca tidak menggunakan alat ucap sehingga hanya otak dan mata yang bekerja. Dalam garis besarnya, membaca dalam hati dibagi atas membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan, 2008: 31). Membaca ekstensif meliputi membaca survei (survey reading), membaca sekilas (skimming reading), dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca intensif adalah studi seksama, telaah secara teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira sampai empat halaman setiap hari (Tarigan, 2008: 35). Membaca intensif terbagi menjadi membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi dibagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi kegiatan membaca bahasa dan membaca sastra.

Jenis-jenis membaca menurut Praptanti (2000: 39) adalah sebagai berikut:
Membaca pemahaman (intensif) adalah membaca pemahaman yang dianggap sebagai salah satu kunci pemerolehan ilmu karena titik tekannya adalah persoalan pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide naskah dari ide-ide pokok sampai ide penjelas. Begitu juga dari hal-hal yang global ke hal-hal yang rinci. Jadi membaca pemahaman adalah aktivitas membaca yang ditempuh dengan sangat teliti, biasanya agak lambat, dengan tujuan memahami keseluruhan isi bacaan kedalam-dalamnya agar pesan yang disampaikan lebih merasuk ke otak dan hati. Membaca kritis yaitu aktivitas membaca yang menghendaki sikap atau reaksi si pembaca untuk memberi tanggapan terhadap apa yang telah dibacanya. Dalam hal ini pembaca dapat bersikap menolak, menyetujui sebagai pengganti, menerima sebagai bahan pelengkap atau menerima sebagai bahan penguat. Membaca cepat yaitu suatu aktivitas membaca yang bertujuan agar dalam waktu yang relatif singkat bisa mendapatkan hasil yang banyak. Membaca apresiatif dan membaca estetis adalah dua kegiatan membaca yang agak bersifat khusus karena lebih berhubungan dengan nilai-nilai dan faktor perasaan. Objek kajiannya terutama karya sastra serta bacaan-bacaan lain yang ditulis dengan bahasa yang indah. Membaca teknik adalah suatu aktivitas membaca yang termasuk kegiatan membaca bersuara. Membaca jenis ini bertujuan untuk lebih pemahaman memudahkan pemahaman materi yang dibaca. Membaca teknik penekanannya pada lafal, jeda lagu dan intonasi yang tepat. Denny Iskandar (2010). Klaisifikasi jenis membaca dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya dari: sasaran pembacanya, cara membaca, cakupan bahan, tujuan, jenis/ragam tulisan, dan lain-lain.
1) Berdasarkan sasaran pembacanya: Membaca permulaan Membaca lanjut
2) Berdasarkan cara membaca (terdengar-tidaknya suara): Membaca nyaring (oral reading/aloud reading) Membaca dalam hati (silent reading)
3) Berdasarkan cakupan bahan, baik jenis maupun lingkup bahan bacaannya terbagi ke dalam dua macam, yakni membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca intensif, meliputi: membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).
Membaca telaah isi terbagi lagi ke dalam:
(a) membaca teliti (close reading),
(b) pembaca pemahaman (understanding reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for ideas).
Membaca bahasa terbagi lagi ke dalam
(a) membaca bahasa dan
(b) membaca sastra.
Membaca ekstensif, meliputi:
membaca survei (survei reading)
membaca sekilas (skimming)
dan membaca dangkal (superficial reading).
4) Berdasarkan klasifikasi tujuan baca:
Membaca untuk tujuan behavioral/tertutup/instruksional
Membaca untuk tujuan ekspresif/terbuka
5) Berdasarkan tingkatan tujuan:
Membaca dasar (elementary reading)
Membaca tinjauan (inspectional reading)
Membaca analitis (analytical reading)
Membaca membandingkan (syntopical reading)
6) Berdasarkan teknik menemukan informasi fokus:
Baca-pilih (selecting)
Baca-lompat (skipping)
Baca-layap (skimming)
Baca-tatap (scanning)
Macam-Macam teknik membaca :
A. Membaca cepat Teknik membaca cepat dapat digunakan sebagai salah satu cara belajar efektif. Membaca cepat merupakan teknik membaca dengan memindahkan padangan mata secara cepat, kata demi kata, frase demi frase, atau baris demi baris. Teknik membaca cepat bertujuan agar pembaca dapat memahami bacaan dengan cepat.
Cara membaca cepat:
1. Konsentrasi saat membaca.
2. Menghilangkan kebiasaan membaca dengan bersuara dan bibir bergerak.
 3. Perluas jangkauan mata ketika membaca.
4. Tidak mengulang-ulang bacaan. Dalam teknik membaca cepat, digunakan rumus untuk menghitung kecepatan membaca. Rumus tersebut adalah: KB : Jumlah kata dalam bacaan x 100% Waktu yang ditempuh Keterangan: KB = Kecepatan Membaca
 B. Membaca Sekilas Membaca sekilas (skimming) biasa dilakukan ketika membaca koran atau bacaan-bacaan ringan lainnya. Teknik membaca ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menemukan infromasi yang diperlukan. Ketika membaca koran, tidak semua informasi dalam koran perlu dibaca, hanya hal-hal yang dianggap penting sudah mewakili informasi yang ingin diketahui. Membaca sekilas adalah teknik membaca yang dilakukan sekilas pada bagian-bagian teks, terutama judul, daftar isi, kata pengantar. indeks atau hal umum lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membaca sekilas adalah sebagai berikut:
1. jika membaca koran, bacalah setiap judul bacaan dalam koran tersebut,
2. baca garis besar bacaan atau kepala berita yang terdapat pada koran tersebut, dan
3. jika telah telah menemukan bacaan yang diinginkan, mulai untuk membacanya.
 C. Membaca Memindai Membaca memindai disebut juga membaca scanning, yaitu teknik membaca yang digunakan untuk mendapatkan informasi tanpa membaca yang lain. Melainkan langsung pada masalah yang diperlukan. Teknik membaca memindai, biasanya dilakukan ketika mencari nomor telepon, mencari arti kata atau istilah di kamus, dan mencari informasi di ensiklopedia.
 D. Membaca Intensif Membaca intensif adalah teknik membaca yan dapat diterapkan dalam upaya mencari informasi yang bersifat detail. Membaca intensif juga dapat diterapkan untuk mencari informasi sebagai bahan diskusi. Membaca intensif, disebut juga membaca secara cermat. Membaca dengan cermat akan memperoleh sebuah pokok persoalan atau perihal menarik dari suatu teks bacaan untuk dijadikan bahan diskusi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membaca intensif adalah sebagai berikut:
1. membaca dengan jeli sehingga dapat menentukan hal yang paling menarik dari hal-hal lain,
2. mempertimbangkan kemampuan diri dal kemampuan teman diskusi berkenaan dengan kemampuan diri menguasai atau memahami perihal yang akan didiskusikan
3. mempertimbangkan referensi yang dimiliki oleh peserta diskusi terkait hal yang akan didiskusikan.
 E. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara tidak begitu detail. Kegiatan membaca ekstensif ditujukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat pokok-pokok penting dan bukan hal yang sifatnya terperinci. Berdasarkan informasi pokok tersebut, kita sudah dapat melihat atau menarik kesimpulan mengenai pokok bahasan atau masalah utama yang dibicarakan. Membaca ekstensif dapat digunakan ketika membaca beberapa teks yang memiliki masalah utama sama. Kita dapat menarik kesimpulan mengenai teks yang memiliki masalah utama yang sama, meskipun pembahasan detailnya berbeda.
 Hal-hal yang harus diperhatikan ketika membaca ekstensif dua teks:
1. membaca kedua teks secara keseluruhan, sehingga mendapatkan pemahaman terhadap kedua isi teks,
2. memahami pokok-pokok penting yang disampaikan dalam masing-masing teks,
3. membandingkan kedua teks, sehingga memperoleh gambaran adanya persamaan dan perbedaannya, dan 4. menarik kesimpulan mengenai masalah utama kedua teks.


Tugas Materi Negosiasi



1. Jelaskan apa yang dimaksud negosiasi!
2. Syarat apa yang harus dimiliki oleh seorang negosiator?
3. Apa yang dimaksud dengan program kerja?
4. Bagaimana cara menyanggah yang santun?
5. Mengapa kita harus bernegosiasi dengan santun?