Sabtu, 18 April 2015

MERINGKAS DAN MENYIMPULKAN TEKS TERTULIS DALAM KONTEKS BEKERJA

A.  Pengertian Ringkasan
Ringkasan (precis) adalah  suatu  cara  yang  efektif  untuk  menyajikan
karangan  yang  panjang   dalam  sajian  yang  singkat.  ”Precis”  berarti
”memotong” atau ”memangkas”. Sebuah ringkasan bermula dari karangan
sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan mengambil halhal  atau  bagian  yang  pokok  dengan  membuang  perincian  serta  ilustrasi.
Meskipun  begitu,  sebuah  ringkasan  tetap  mempertahankan  pikiran
pengarang  serta  pendekatannya  yang  asli.  Jadi,  ringkasan  merupakan
keterampilan mereproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk yang
singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar. Walaupun kedua istilah itu sering
disamakan, tapi sesungguhnya keduanya berbeda. Ringkasan merupakan
penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan
urutan isi dan sudut pandang pengarang asli. Ikhtisarsebaliknya, tidak perlu
mempertahankan  sistematika  penulisan  sesuai  dengan  aslinya  dan  tidak
perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional. Dalam
ikhtisar, penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara
bagian yang dianggap kurang penting dapat dibuang.
B.  Cara Membuat Ringkasan
Ada  beberapa  cara  yang  dapat  dijadikan  pegangan  dalam  membuat
ringkasan yang baik dan teratur, yaitu sebagai beriku.
1.   Membaca Naskah Asli
Penulis  ringkasan  harus  membaca  naskah  asli  secara  keseluruhan
beberapa  kali  untuk  mengetahui  kesan  umum,  maksud  pengarang,
serta sudut pandangnya.
2.   Mencatat Gagasan Utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan penting digaris-
bawahi atau dicatat.
3.   Membuat Reproduksi
Menyusun  kembali  suatu  karangan  singkat  berdasarkan  gagasangagasan penting yang dicatat tadi.
4.   Ketentuan Tambahan
Ada  ketentuan  tambahan  selain  ketiga  cara  di  atas,  yaitu  sebagai
berikut.
a.   Lebih  baik  menggunakan  kalimat  tunggal  daripada  kalimat
majemuk.
b.   Ringkaslah  kalimat  menjadi  frasa,  frasa  menjadi  kata,  gagasan
panjang menjadi gagasan sentral saja. Bahkan, jika tidak diperlukan
sebuah paragraf dapat dipangkas atau dibuang.
c.   Semua  paragraf   ilustrasi   yang   dianggap  penting   harus
dipersingkat atau digeneralisasi.
d.   Bila mungkin, semua keterangan atau kata sifat dibuang.
e.   Dalam ringkasan, tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari
penulis ringkasan.
f.   Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato
langsung,  penggunaan  kata  ganti  orang  pertama  tunggal  atau
jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.
g.   Sebuah  ringkasan  umumnya  ditentukan  dari  panjang  ringkasan
finalnya,  misalnya  150  atau  200  kata  bergantung  pada
permintaannya.
C. Beberapa Contoh Bentuk Ringkasan
Ringkasan dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk verbal uraian
(paragraf)  dan  bentuk  nonverbal  berupa  bagan  atau  skema.  Meskipun
ringkasan berbentuk bagan atau skema, tetapi harus mencerminkan gagasan
atau  seperti  yang  diungkapkan  oleh  teks  sumbernya.  Sebelum  membuat
bagan atau skema, harus dicatat terlebih dulu butir-butir informasi yang
akan dijadikan unsur-unsur bagan atau skema.
Perhatikan beberapa contoh teks dan ringkasannya di bawah ini!
Contoh 1:
Jumlah  pemudik  lebaran  diperkirakan  sama  dengan  tahun-tahun
sebelumnya. Meski demikian, lonjakan arus penumpang lebaran diantisipasi
naik 10-15% agar jangan sampai kekurangan sarana angkutan. Untuk itu,
diharapkan  arus  pulang  mudik  lebaran  sudah  mulai  berlangsung  jauh
sebelum  puncak  lebaran.  Kalau  semua  ramai-ramai  pulang  menjelang
lebaran,  bisa-bisa  pemudik  akan  menumpuk  di  terminal.  Meskipun
akhirnya  terangkat  juga,  hal  itu  memberi  kesan  seolah-olah  kekurangan
sarana. Padahal, sebetulnya cukup memadai.
Sarana  angkutan  dari  jauh-jauh  hari  sudah  dipersiapkan.  Angkutan
bus  betul-betul  menjadi  tulang  punggung  di  saat-saat  seperti  ini  karena
lebih dari separuh calon pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus.
Sementara  hanya  1/3  dari  seluruh  pemudik  dari  Jakarta  dan  sekitarnya
diperkirakan menggunakan jasa KA
Angkutan bus jarak jauh tidak ada masalah. Perusahan angkutan bus
sudah mampu menyediakan dalam jumlah bsar. Mesti begitu pemerintah
tetap  mempersiapkan  juga.  Tinggal  masalah  lancar  dan  tidaknya  saja  di
perjalanan  .  Masalah  yang  satu  ini  jelas  sangat  ditentukan  oleh  disiplin
bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan meski
fasilitasnya cukup, kalau lalu lintas macet, apalah artinya.
Ringkasan teks di atas adalah sebagai berikut:
Jumlah  pemudik  lebaran  diperkirakan  sama  dengan  tahun-tahun
sebelumnya meskipun diantisipasi akan naik 10–15%. Diharapkan proses
mudik berlangsung jauh sebelum lebaran agar tidak terjadi penumpukan
di terminal dan terkesan kekurangan sarana.
Separuh  calon  pemudik  diperkirakan  akan  menggunakan  bus.
Dan  1/3  dari  seluruh  pemudik  Jakarta  dan  sekitarnya  diperkirakan
menggunakan kereta api. Perusahaan bus sudah mempersiapkan seluruh
armadanya. Demikan pula dengan pemerintah. Selanjutnya lancar dan
tidaknya ditentukan oleh kedisiplinan bersama.

D. Pengertian Simpulan
Menurut  Kamus  Besar  Bahasa  Indonesia,  simpulan  adalah  sesuatu
yang  disimpulkan;  hasil  menyimpulkan;  kesimpulan.  Simpulan  juga
berarti kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian
sebelumnya) atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir
induktif dan deduktif.
Simpulan  berbeda  dengan  ringkasan.  Jika  pada  ringkasan  penulis
tetap mempertahankan isi, sudut pandang, serta sistematika karya aslinya,
sedangkan  dalam  simpulan  terdapat  penilaian  atau  pendapat  pembuat
simpulan. Oleh sebab itu, simpulan dapat dinyatakan benar, kurang benar,
atau salah.
Untuk dapat menarik simpulan yang benar, kita harus menggunakan
data, fakta, atau asumsi yang benar. Jika data, fakta, atau asumsinya tidak
akurat, hasil simpulannya juga tidak akan akurat.


E.  Pola Penalaran dalam Mengambil Simpulan
Dalam mengambil simpulan, digunakan pola penalaran deduktif dan
induktif.
1.  Penalaran Deduktif
Pola ini diawali dengan mengemukakan pernyataan yang umum lalu
diikuti  dengan  pernyataan-pernyataan   khusus.  Penalaran  deduktif
terdiri atas, tiga bentuk berikut.
a.  Silogisme
Silogisme adalah proses pengambilan simpulan dengan mengungkapkan terlebih dahulu pernyataan yang bersifat umum (premis umum)
disusul dengan pernyataan khusus (premis khusus).
Contoh:
PU    :    Semua peserta ujian diwajibkan mengenakan atribut dan
seragam dari sekolah asalnya.
PK    :   Susi adalah salah seorang peserta ujian.
K    :   Susi wajib mengenakan atribut dan seragam sekolah asal.
b. Sebab-Akibat-Akibat
Pola ini diawali dengan pengungkapan fakta yang merupakan sebab,
lalu disusul dengan simpulan yang berupa akibat.
Contoh :
Masyarakat kita masih rendah tingkat kedisiplinannya. Dapat dilihat dari
kurang  sadarnya  menjaga  kebersihan  lingkungan.  Masih  banyak
penduduk yang membuang sampah di selokan dan di kali. Saat datang
musim  hujan,  aliran  air  di  selokan  dan  kali  tersumbat,  tidak  lancar.
Akhirnya, banjir melanda di mana-mana.
c. Akibat-Sebab-Sebab
Pola ini dimulai dengan pernyataan yang merupakan akibat, kemudian
ditelusuri penyebabnya.
Contoh:
Dua  dari  tiga  remaja  di  kota-kota  besar  di  Indonesia  menurut  penelitian,
pernah berpacaran.Separuh di antaranya telah terlibat pergaulan bebas.
Kebanyakan dari mereka terpengaruh oleh budaya Barat yang bebas.
Contoh:
Ketika hujan, banjir melanda di mana-mana. Para penduduk mengungsi
di  tempat  yang  tinggi.  Mereka  harus  menunggu  air  surut  kembali.
Ini  disebabkan  saluran  air  tersumbat  oleh  sampah  yang  dibuang  warga
sembarangan.
d. Analogi
Analogi  ialah  pengambilan  simpulan   dengan  mengambil  kesamaan
dari suatu hal yang diperbandingkan. Biasanya dua hal atau lebih yang
dibandingkan dianggap memiliki kesamaan sifat dasarnya.
Contoh:
Seorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu
mendaki,  ada  saja  rintangan  seperti  jalan  yang  licin  yang  membuat
seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah
seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu seseorang akan
mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami
pelajaran,  dan  sebagainya.  Apakah  dia  sanggup  melaluinya  ? Jadi,
menuntut ilmu sama saja halnya dengan mendaki gunung untuk mencapai
puncaknya

MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF, DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF

A.  Pengertian Wacana
Wacana  berasal  dari  bahasa  Inggris discourse,  yang  artinya  antara
lain  ”Kemampuan  untuk  maju  menurut  urutan-urutan  yang  teratur  dan
semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun  tulisan,  yang  resmi  dan  teratur.”  Jadi,  wacana  dapat  diartikan
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya
atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan
kepaduan.
Setiap  wacana  memiliki  tema  sebab  tema  merupakan  hal  yang
diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau
ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke
mana-mana.  Sebelum  menulis  wacana,  seseorang  harus  terlebih  dahulu
menentukan  tema,  setelah  itu  baru  tujuan.  Tujuan  ini  berkaitan  dengan
bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak
atau  jenis  tulisan  seperti  apa  itu  bergantung  pada  tujuan  dan  keinginan
si  penulis.  Setelah  menetapkan  tujuan,  penulis  akan  membuat  kerangka
karangan  yang  terdiri  atas  topik-topik  yang  merupakan  penjabaran  dari
tema.  Topik-topik  itu  disusun  secara  sistematis.  Hal  itu  dibuat  sebagai
pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian
unsur-unsur  karangan  yang  berkaitan  dengan  tema.  Dengan  itu,  penulis
dapat  mengadakan  berbagai  perubahan  susunan  menuju  ke  pola  yang
sempurna.  Membuat  kerangka  karangan  sangat  dianjurkan  sebelum
penulisan, terutama bagi pengarang pemula.
Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1.   Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2.   Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3.   Membantu   pengarang  melihat  adanya  pokok  bahasan  yang
menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4.  Menjadi  gambaran  secara  umum  struktur  ide  karangan  sehingga
membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.
Agar  penyusunan  kerangka  karangan  dapat  efektif  menjadi  acuan
pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk
menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1)  Menentukan tema/topik karangan
(2)  Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)  Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4)  Menginvestaris sub-sub topik
(5)  Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6)  Menentukan pola pengembangan karangan
Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.  Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2.  Kerangka  topik,  ialah  kerangka  karangan  yang  dituangkan  dalam
bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.
Penyusunan  kerangka  karangan  dapat  berbentuk  kalimat  dan  frasa
atau  klausa  sekaligus,  meskipun  yang  lebih  banyak  digunakan  adalah
kerangka  topik.  Berikut  contoh  kedua  bentuk  penyusunan  kerangka
karangan tersebut.
Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1.  Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan
tentang teknologi informasi.
2.   Perkembangan  sarana  komputer  menjadi  sarana  jaringan  informasi
melalui internet.
3.   Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4.   Memanfaatkan  minat  remaja  dan  anak  sekolah  dengan  membuka
warnet.
Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1.  Jumlah Pemudik Lebaran
a.   perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b.   sarana angkutan yang dipersiapkan
c.   sarana angkutan yang diandalkan
2.   Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a.   jalur utara
b.   jalur selatan
c.   kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.   Petunjuk pemanfaatan jalur
a.   dari DLLAJR
b.   dari instansi terkait
B.  Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan  bentuk  atau  jenisnya,  wacana  dibedakan  menjadi
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1.   Narasi
Narasiadalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian
atau  peristiwa.  Narasi  dapat   berisi  fakta,  misalnya  biografi  (riwayat
seseorang),  otobiografi/riwayat  hidup  seseorang  yang  ditulisnya  sendiri,
atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris.
Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya
terdapat  pada  cerita  novel  atau  cerpen.  Narasi  ini  disebut  dengan narasi
imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1)  kejadian,
(2)  tokoh,
(3)  konflik,
(4)  alur/plot.
(5)  latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya
uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang
menyatakan  waktu  atau  urutan,  seperti lalu,  selanjutnya,  keesokan  harinya,
atau setahun kemudiankerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)  menentukan tema cerita
(2)  menentukan tujuan
(3)  mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)  menyusun  gagasan  pokok  menjadi  kerangka  karangan  secara
kronologis atau urutan waktu.
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan
pola  urutan  waktu.   Penyajian  berdasarkan  urutan  waktu  adalah  urutan
yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan
waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan,
cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1.   persiapan keberangkatan
2.   perjalanan menuju stasiun Kota
3.   tiba di tempat tujuan
4.   mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5.   berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6.   persiapan pulang

2.  Deskripsi
Kata deskripsiberasal dari bahasa latin discribereyang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
suatu  objek  berdasarkan  hasil  pengamatan,  perasaan  dan  pengalaman
penulisnya.  Tujuannya  adalah  pembaca  memperoleh  kesan  atau  citraan
sesuai  dengan  pengamatan,  perasaan,  dan  pengalaman  penulis  sehingga
seolah-olah  pembaca  yang  melihat,  merasakan,  dan  mengalami  sendiri
obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi
merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat  dari  sifat  objeknya,  deskripsi  dibedakan  atas  2  macam,  yaitu
sebagai berikut.
a.   Deskripsi  Imajinatif/Impresionis  ialah  deskripsi  yang  menggam-
barkan  objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b.   Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambar
kan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Kita  dapat  membuat  karangan  deskripsi  secara  tidak  langsung,
yaitu  dengan   mengamati  informasi  dalam  bentuk  nonverbal
berupa  gambar,  grafik,  diagram,  dan  lain-lain.  Apa  saja  yang
tergambarkan  dalam  bentuk  visual  tersebut  dapat  menjadi
bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi  karena  unsur  dasar  karangan  ini  adalah  pengamatan
terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)  menentukan objek pengamatan
(2)  menentukan tujuan
(3)  mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)  menyusun kerangka karangan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa
penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan
yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya
bentuk  karangannya  deskriptif.  Pola  uraiannya  berangkat  dari  satu  titik
lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,
atau depan ke belakang.
Contoh:
Laporan lokasi banjir di DKI Jakarta
1.   Banjir di wilayah Jakarta Timur
a.   Duren sawit
b.   Klender
c.   Kampung Melayu
2.   Banjir di wilayah Jakarta Pusat
a.   Pramuka
b.   Salemba
c.   Tanah Abang
3.   Banjir di wilayah Jakarta Barat
Karangan  deskripsi  dapat  juga  dibuat  dengan  mengamati  bentuk
informasi nonverbal seperti grafik, tabel, atau bagan

3.  Eksposisi
Kita  eksposisi   berasal   dari   bahasa   Latin   exponere  yang   berarti:
memamerkan,  menjelaskan, atau menguraikan.  Karangan  eksposisi  adalah
karangan  yang  memaparkan  atau  menjelaskan  secara  terperinci
(memaparkan)  sesuatu  dengan  tujuan  memberikan  informasi  dan
memperluas  pengetahuan  kepada  pembacanya.  Karangan  eksposisi
biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk  mendukung  akurasi  pemaparannya,  sering  pengarang
eksposisi  menyertakan  bentuk-bentuk  nonverbal  seperti  grafik,  diagram,
tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat
berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola
pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1)  menentukan objek pengamatan,
(2)  menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)  mengumpulkan data atau bahan,
(4)  menyusun kerangka karangan, dan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian berikut:
1).  Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu
benda,  hal  atau   peristiwa  tanpa  memproritaskan  bagian  mana
yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.

2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola  penyajian  dimulai  dari  hal  yang  mudah/yang  sederhana
menuju  ke  hal  yang  makin  penting  atau  puncak  peristiwa  dan
sebaliknya untuk anti-klimaks.

4.   Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan  yang  logis.  Tujuan  karangan  argumentasi  adalah
berusaha  meyakinkan  pembaca  akan  kebenaran  pendapat  pengarang.
Karangan  argumentasi  dapat  juga  berisi  tanggapan  atau  sanggahan
terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional
dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)  menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)  merumuskan tujuan penulisan,
(3)  mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
(4)  menyusun kerangka karangan, dan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
Pola  urutan  ini  bermula  dari  topik/gagasan  yang  menjadi  sebab
berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a.   Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a)   Jumlah penggunaan kendaraan
b)   Ruas jalan yang makin sempit
c)   Pembangunan jalur busway
b.   Akibat-akibat kemacetan
a)  Terlambat sampai di kantor
b)  Waktu habis di jalan
2).  Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh :   Menjaga kelestarian hutan
1.  Keadaan hutan kita
2.   Fungsi hutan
3.   Akibat-akibat kerusakan hutan
3).  Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :   Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.   Pengertian narkoba
2.   Bahaya kecanduan narkoba
a.   pengaruh terhadap kesehatan
b.  pengaruh terhadap moral
c.   ancaman hukumannya
3.   Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4.   Kesimpulan dan saran

MENYAMPAIKAN LAPORAN ATAU PRESENTASI LISAN DALAM KONTEKS BEKERJA

A. Pengertian Laporan
Laporan adalah suatu cara komunikasi yang berisi informasi sebagai
hasil dari sebuah tanggung jawab yang dibebankan kepada pembuatnya.
Dengan  kata  lain,  sebuah  dokumentasi  yang  berisi  fakta-fakta  dari  hasil
penyelidikan  suatu  masalah  sebagai  bahan  acuan  pemikiran,  penilaian
serta tindakan. Laporan lebih banyak disampaikan dalam bentuk tertulis
dan juga bisa disampaikan secara lisan. Laporan berguna untuk:
(1)  alat pertanggungjawaban secara tertulis
(2)  pendokumentasian data
(3)  bahan pertimbangan
(4)  acuan pengambilan keputusan
(5)  alat merumuskan suatu penilaian
(6)  bahan evaluasi
(7)  melatih berpikir sistematis
Baik  berbentuk  tulisan  maupun  lisan,  kriteria  penyampaian  laporan
yang baik dilihat dari tiga hal berikut.
(1)  Isi laporan mencakup kelengkapan fakta, data yang akurat, faktual,
dan objektif.
(2)  Penyajian mencakup penggunaan bahasa yang baik, jelas dan tepat,
sistematik serta menarik
(3)  Penyajian  lisan  harus  disampaikan  dengan  vokal  yang  jelas,
pengucapan,  lafal,  intonasi  yang  tepat  dan  gaya  ekspresif  yang
sesuai.
Sebelum laporan disajikan secara lisan, laporan terlebih dahulu disusun
dalam bentuk tertulis secara sistematis sehingga mudah dipahami.
Dari segi bentuk tertulis, laporan terbagi menjadi seperti berikut.
(1)  Laporan  berbentuk  formulir,  yaitu  laporan  yang  tinggal  mengisi  pada
blangko yang disediakan.
(2)  Laporan  berbentuk  memorandum,  yaitu  laporan  yang  diuraikan  secara
singkat. Laporan ini dibuat dalam rangka proses hubungan kerja antara
atasan dan bawahan atau antar-unsur-unsur dalam suatu instansi.
3.  Laporan  berbentuk  surat,  yaitu  laporan  yang  diuraikan  lebih  panjang
dari memorandum sebagaimana uraian dalam bentuk surat biasa. Jenis
laporan ini dapat dipergunakan untuk bermacam-macam topik.
(4)  Laporan berbentuk naskah, yaitu laporan yang panjang, biasanya disusun
seperti  makalah.  Materi  laporan  dibagi  menjadi  beberapa  topik  dan
subtopik.
(5)  Laporan  berbentuk  buku,  yaitu  laporan  yang  disusun  dalam  bentuk
buku.
Dari segi struktur penulisan, laporan terbagi seperti berikut
(1)  Laporan formal,yaitu laporan yang struktur penulisannya lengkap,
terdiri atas:
a.   halaman judul
b.   halaman pengesahan
c.   kata pengantar
d.   daftar isi
e.   daftar tabel (jika ada)
f.  daftar grafik (jika ada)
g.  pendahuluan,  berisi  latar  belakang,  tujuan,  ruang  lingkup
masalah/objek, pembatasan masalah/objek, dan sebagainya
h.  bagian  isi,  berisi  uraian  pembahasan  tentang  masalah  atau
objek yang dilaporkan serta hasil yang dicapai
i.  simpulan  dan  saran,  berisi  hal-hal  pokok  atau  intisari  dari
pembahasan  laporan  serta  penyampaian  keinginan  pelapor
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan laporan yang belum
atau seharusnya ada.
Laporan formal sangat terikat dengan struktur penulisan. Laporan
formal  biasanya  dibuat   untuk  keperluan  formal  seperti  dalam
ruang lingkup pekerjaan atau pendidikan, dan umumnya bersifat
berkala.  Contoh  laporan  formal  ialah  laporan  tentang  keadaan
dan  perkembangan  proyek  yang  sedang  dilaksanakan,  laporan
penelitian ilmiah, dan laporan percobaan.
(2)  Laporan  informal,  yaitu  jika  laporan  tidak  memenuhi  persyaratan
sistematika di atas.. Sistematika atau struktur penulisannya lebih
sederhana  atau  memiliki  model  sistematika  sendiri  dan  tidak
bersifat  standar.  Pembuatannya  lebih  cenderung  memenuhi
kebutuhan  informasi  atau  untuk  mendapatkan  data  lapangan.
Yang termasuk laporan informal, ialah laporan perjalanan, laporan
pengamatan, dan laporan kunjunganB.  Pola Penyajian Laporan secara Lisan
Baik laporan formal maupun informal disusun dengan menggunakan
bahasa  yang  baku.  Laporan  yang  telah  disusun  bisa  juga  disampaikan
secara lisan. Oleh sebab itu, bentuk uraian laporan dapat disajikan dengan
pola penyajian narasi, deskripsi, dan ekspositoris.
Pola  penyajian  laporan  bersifat  narasi  lebih  menekankan  uraian
secara kronologis, yaitu berdasarkan rangkaian waktu. Isi laporan bersifat
penceritaan  atau  pemaparan   peristiwa  tentang  objek  yang  dilaporkan.
Yang  termasuk  laporan  ini  misalnya,  laporan  perjalanan,   laporan
peliputan  peristiwa,  dan  laporan  berita  (reportase).  Laporan  ini  bersifat
pengungkapan  fakta  pada  sebuah  peristiwa  atau  keadaan.  Oleh  sebab
itu,  laporan  ini  dituntut  harus  faktual  (berdasarkan  yang  ada),  aktual
berkaitan  realita  dengan  kejadian  yang  baru  terjadi,  akurat  berdasarkan
bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan dan objektif (apa adanya).
Sebagaimana sebuah berita, pengungkapan informasinya bermuatan 5 W +
I H (what: apa, who: siapa, where: dimana, when: kapan, why: mengapadan
how: bagaimana).
Lain lagi dengan pola penyajian laporan bersifat deskripsi. Laporan ini
lebih terfokus pada penggambaran mengenai lokasi, tempat, dan bentuk
fisik serta ciri-ciri objek yang dilaporkan. Yang termasuk laporan deskripsi
ialah  laporan  pengamatan,  laporan  kunjungan,  laporan  observasi,  dan
sebagainya.
Pola penyajian laporan bersifat ekspositoris berupa uraian yang berisi
langkah-langkah kerja, proses kejadian, atau pemaparan mengenai tahapantahapan  perkembangan  objek  yang  dilaporkan.  Yang  termasuk  laporan
bersifat ekspositoris adalah laporan penelitian, laporan percobaan, laporan
pertanggungjawaban  uraian  pekerjaan  yang  menggunakan  tahapan,  dan
sebagainyaSebelum menyajikan laporan secara lisan, laporan dapat disusun terlebih
dahulu  secara  tertulis.  Laporan  yang  sudah  disusun  dapat  disampaikan
secara  lisan  atau  dipresentasikan.  Untuk  menyampaikan  laporan  secara
lisan, hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu seperti berikut.
1.  Memberi tahu jenis laporan yang akan disampaikan.
2.  Menyampaikan  pengantar  sekilas  tentang  latar  belakang  pembuatan laporan
3.  Menyampaikan proses memperoleh bahan laporan
4.  Memberikan gambaran secara umum tentang sistematika laporan
5.  Menyampaikan isi laporan dengan bahasa yang baik, formal, dan
efektif
6.  Memberikan penekanan pada uraian mengenai fakta jika berbentuk
laporan naratif dan deskriptif
7.  Memberikan penekanan pada alur proses atau tahapan jika laporan
berbentuk ekspositoris
C. Menyampaikan Rangkuman dan Simpulan Laporan
Di  dalam  setiap  laporan,  ada  penjelasan  tentang  hasil  yang  dicapai.
Seberapa besar hasil itu harus disampaikan? Penjelasan tentang hasil masih
merupakan bagian isi laporan. Dari pembahasan atau uraian yang ada pada
isi laporan, dibuatlah suatu rangkuman dan simpulan mengenai hal yang
dilaporkan.
Penyajian dalam bentuk rangkuman berupa uraian hal-hal pokok saja
atau  bentuk  garis  besarnya  saja  namun  tetap  tersusun  secara  sistematis.
Selain  menyajikan  rangkuman  sebuah  laporan  dapat  pula  membuat
simpulannya.
Berbeda dengan rangkuman, simpulan merupakan uraian singkat yang
diwarnai oleh pandangan dan penilaian dari si pembuat laporan. Simpulan
dapat  dibuat  berdasarkan  suatu  analisis  dari  materi  laporan,  perpaduan (sintesis) dari beberapa aspek yang dilaporkan, dan dapat juga berbentuk
kategori (pengelompokan) unsur-unsur yang dilaporkan yang memiliki ciri
yang sama. Namun, itu semua tetap mengacu pada tujuan dan apa yang
harus  dicapai  oleh  pembuat  laporan  serta  tuntutan  dari  yang  menerima
laporan.
Laporan  dapat  pula  disampaikan  hanya  berbentuk  rangkuman  atau
simpulannya.  Semua  itu  bergantung  pada  permintaan  dan  kebutuhan.
Tentunya sebelum menyampaian laporan, terlebih dahulu laporan disusun
dalam bentuk rangkuman atau simpulan.