Sabtu, 18 April 2015

MEMBUAT WACANA BERCORAK NARATIF, DESKRIPTIF, EKSPOSITORIS DAN ARGUMENTATIF

A.  Pengertian Wacana
Wacana  berasal  dari  bahasa  Inggris discourse,  yang  artinya  antara
lain  ”Kemampuan  untuk  maju  menurut  urutan-urutan  yang  teratur  dan
semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan
maupun  tulisan,  yang  resmi  dan  teratur.”  Jadi,  wacana  dapat  diartikan
adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya
atau logis. Dalam wacan,a setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan
kepaduan.
Setiap  wacana  memiliki  tema  sebab  tema  merupakan  hal  yang
diceritakan atau diuraikan sepanjang isi wacana. Tema menjadi acuan atau
ruang lingkup agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang ke
mana-mana.  Sebelum  menulis  wacana,  seseorang  harus  terlebih  dahulu
menentukan  tema,  setelah  itu  baru  tujuan.  Tujuan  ini  berkaitan  dengan
bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak
atau  jenis  tulisan  seperti  apa  itu  bergantung  pada  tujuan  dan  keinginan
si  penulis.  Setelah  menetapkan  tujuan,  penulis  akan  membuat  kerangka
karangan  yang  terdiri  atas  topik-topik  yang  merupakan  penjabaran  dari
tema.  Topik-topik  itu  disusun  secara  sistematis.  Hal  itu  dibuat  sebagai
pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian
unsur-unsur  karangan  yang  berkaitan  dengan  tema.  Dengan  itu,  penulis
dapat  mengadakan  berbagai  perubahan  susunan  menuju  ke  pola  yang
sempurna.  Membuat  kerangka  karangan  sangat  dianjurkan  sebelum
penulisan, terutama bagi pengarang pemula.
Kerangka karangan bermanfaat sebagai berikut.
1.   Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.
2.   Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.
3.   Membantu   pengarang  melihat  adanya  pokok  bahasan  yang
menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama.
4.  Menjadi  gambaran  secara  umum  struktur  ide  karangan  sehingga
membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan.
Agar  penyusunan  kerangka  karangan  dapat  efektif  menjadi  acuan
pembuatan karangan, langkah yang mesti ditempuh oleh pengarang untuk
menyusun kerangka karangan adalah seperti berikut.
(1)  Menentukan tema/topik karangan
(2)  Menjabarkan tema ke dalam topik-topik/subtema
(3)  Mengembangkan topik-topik menjadi subtopik
(4)  Menginvestaris sub-sub topik
(5)  Menyeleksi topik dan sub-subtopik yang cocok
(6)  Menentukan pola pengembangan karangan
Kerangka karangan dapat ditulis dalam dua bentuk, berikut.
1.  Kerangka kalimat, ialah kerangka karangan yang disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat lengkap yang menjabarkan ide-ide pokok karangan.
2.  Kerangka  topik,  ialah  kerangka  karangan  yang  dituangkan  dalam
bentuk frasa dan klausa sehingga tampak lebih praktis.
Penyusunan  kerangka  karangan  dapat  berbentuk  kalimat  dan  frasa
atau  klausa  sekaligus,  meskipun  yang  lebih  banyak  digunakan  adalah
kerangka  topik.  Berikut  contoh  kedua  bentuk  penyusunan  kerangka
karangan tersebut.
Contoh kerangka kalimat:
Membuka usaha warnet di tengah perkembangan teknologi informasi.
1.  Masuknya ajaran komputer di sekolah-sekolah menambah pengetahuan
tentang teknologi informasi.
2.   Perkembangan  sarana  komputer  menjadi  sarana  jaringan  informasi
melalui internet.
3.   Penggunaan internet menjadi kebutuhan remaja dan anak sekolah.
4.   Memanfaatkan  minat  remaja  dan  anak  sekolah  dengan  membuka
warnet.
Contoh kerangka topik
Antisipasi lonjakan arus mudik lebaran :
1.  Jumlah Pemudik Lebaran
a.   perkiraan lonjakan jumlah pemudik
b.   sarana angkutan yang dipersiapkan
c.   sarana angkutan yang diandalkan
2.   Pengaturan jalur Jakarta-Surabaya
a.   jalur utara
b.   jalur selatan
c.   kemacetan lalu lintas dan usaha pencegahannya
3.   Petunjuk pemanfaatan jalur
a.   dari DLLAJR
b.   dari instansi terkait
B.  Jenis-Jenis Wacana
Berdasarkan  bentuk  atau  jenisnya,  wacana  dibedakan  menjadi
wacana narasi, deskripsi, eksposisi, argumentatif, dan persuasi.
1.   Narasi
Narasiadalah cerita yang didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian
atau  peristiwa.  Narasi  dapat   berisi  fakta,  misalnya  biografi  (riwayat
seseorang),  otobiografi/riwayat  hidup  seseorang  yang  ditulisnya  sendiri,
atau kisah pengalaman. Narasi seperti ini disebut dengan narasi ekspositoris.
Narasi bisa juga berisi cerita khayal/fiksi atau rekaan seperti yang biasanya
terdapat  pada  cerita  novel  atau  cerpen.  Narasi  ini  disebut  dengan narasi
imajinatif.
Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah:
(1)  kejadian,
(2)  tokoh,
(3)  konflik,
(4)  alur/plot.
(5)  latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Narasi diuraikan dalam bentuk penceritaan yang ditandai oleh adanya
uraian secara kronologis (urutan waktu). Penggunaan kata hubung yang
menyatakan  waktu  atau  urutan,  seperti lalu,  selanjutnya,  keesokan  harinya,
atau setahun kemudiankerap dipergunakan.
Tahapan menulis narasi, yaitu sebagai berikut.
(1)  menentukan tema cerita
(2)  menentukan tujuan
(3)  mendaftarkan topik atau gagasan pokok
(4)  menyusun  gagasan  pokok  menjadi  kerangka  karangan  secara
kronologis atau urutan waktu.
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Kerangka karangan yang bersifat naratif dapat dikembangkan dengan
pola  urutan  waktu.   Penyajian  berdasarkan  urutan  waktu  adalah  urutan
yang didasarkan pada tahapan-tahapan peristiwa atau kejadian. Pola urutan
waktu ini sering digunakan pada cerpen, novel, roman, kisah perjalanan,
cerita sejarah, dan sebagainya.
Contoh:
Kunjungan ke Museum Fatahillah
1.   persiapan keberangkatan
2.   perjalanan menuju stasiun Kota
3.   tiba di tempat tujuan
4.   mengamati peninggalan zaman penjajahan Belanda
5.   berkumpul kembali di depan ”Meriam Jagur”
6.   persiapan pulang

2.  Deskripsi
Kata deskripsiberasal dari bahasa latin discribereyang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang menggambarkan
suatu  objek  berdasarkan  hasil  pengamatan,  perasaan  dan  pengalaman
penulisnya.  Tujuannya  adalah  pembaca  memperoleh  kesan  atau  citraan
sesuai  dengan  pengamatan,  perasaan,  dan  pengalaman  penulis  sehingga
seolah-olah  pembaca  yang  melihat,  merasakan,  dan  mengalami  sendiri
obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis deskripsi
merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Dilihat  dari  sifat  objeknya,  deskripsi  dibedakan  atas  2  macam,  yaitu
sebagai berikut.
a.   Deskripsi  Imajinatif/Impresionis  ialah  deskripsi  yang  menggam-
barkan  objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis.
b.   Deskripsi faktual/ekspositoris ialah deskripsi yang menggambar
kan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat.
Kita  dapat  membuat  karangan  deskripsi  secara  tidak  langsung,
yaitu  dengan   mengamati  informasi  dalam  bentuk  nonverbal
berupa  gambar,  grafik,  diagram,  dan  lain-lain.  Apa  saja  yang
tergambarkan  dalam  bentuk  visual  tersebut  dapat  menjadi
bahan atau fakta yang akurat untuk dipaparkan dalam karangan
deskripsi  karena  unsur  dasar  karangan  ini  adalah  pengamatan
terhadap suatu objek yang dapat dilihat atau dirasakan.
Tahapan menulis karangan deskripsi, yaitu:
(1)  menentukan objek pengamatan
(2)  menentukan tujuan
(3)  mengadakan pengamatan dan mengumpulkan bahan
(4)  menyusun kerangka karangan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan bercorak deskriptif dapat berupa
penyajian parsial atau tempat. Penyajian urutan ini digunakan bagi karangan
yang mempunyai pertalian sangat erat dengan ruang atau tempat. Biasanya
bentuk  karangannya  deskriptif.  Pola  uraiannya  berangkat  dari  satu  titik
lalu bergerak ke tempat lain, umpamanya dari kiri ke kanan, atas ke bawah,
atau depan ke belakang.
Contoh:
Laporan lokasi banjir di DKI Jakarta
1.   Banjir di wilayah Jakarta Timur
a.   Duren sawit
b.   Klender
c.   Kampung Melayu
2.   Banjir di wilayah Jakarta Pusat
a.   Pramuka
b.   Salemba
c.   Tanah Abang
3.   Banjir di wilayah Jakarta Barat
Karangan  deskripsi  dapat  juga  dibuat  dengan  mengamati  bentuk
informasi nonverbal seperti grafik, tabel, atau bagan

3.  Eksposisi
Kita  eksposisi   berasal   dari   bahasa   Latin   exponere  yang   berarti:
memamerkan,  menjelaskan, atau menguraikan.  Karangan  eksposisi  adalah
karangan  yang  memaparkan  atau  menjelaskan  secara  terperinci
(memaparkan)  sesuatu  dengan  tujuan  memberikan  informasi  dan
memperluas  pengetahuan  kepada  pembacanya.  Karangan  eksposisi
biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalahmakalah untuk seminar, simposium, atau penataran.
Untuk  mendukung  akurasi  pemaparannya,  sering  pengarang
eksposisi  menyertakan  bentuk-bentuk  nonverbal  seperti  grafik,  diagram,
tabel, atau bagan dalam karangannya. Pemaparan dalam eksposisi dapat
berbentuk uraian proses, tahapan, cara kerja, dan sebagainya dengan pola
pengembangan ilustrasi, definisi, dan klasifikasi.
Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu sebagai berikut.
(1)  menentukan objek pengamatan,
(2)  menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi,
(3)  mengumpulkan data atau bahan,
(4)  menyusun kerangka karangan, dan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola
penyajian berikut:
1).  Urutan topik yang ada
Pola urutan ini berkaitan dengan penyebutan bagian-bagian suatu
benda,  hal  atau   peristiwa  tanpa  memproritaskan  bagian  mana
yang terpenting. Semua bagian dianggap bernilai sama.

2). Urutan klimaks dan antiklimaks
Pola  penyajian  dimulai  dari  hal  yang  mudah/yang  sederhana
menuju  ke  hal  yang  makin  penting  atau  puncak  peristiwa  dan
sebaliknya untuk anti-klimaks.

4.   Argumentasi
Karangan argumentasi ialah karangan yang berisi pendapat, sikap, atau
penilaian terhadap suatu hal yang disertai dengan alasan, bukti-bukti, dan
pernyataan-pernyataan  yang  logis.  Tujuan  karangan  argumentasi  adalah
berusaha  meyakinkan  pembaca  akan  kebenaran  pendapat  pengarang.
Karangan  argumentasi  dapat  juga  berisi  tanggapan  atau  sanggahan
terhadap suatu pendapat dengan memaparkan alasan-alasan yang rasional
dan logis.
Tahapan menulis karangan argumentasi, sebagai berikut.
(1)  menentukan tema atau topik permasalahan,
(2)  merumuskan tujuan penulisan,
(3)  mengumpulkan data atau bahan berupa: bukti-bukti, fakta, atau
pernyataan yang mendukung,
(4)  menyusun kerangka karangan, dan
(5)  mengembangkan kerangka menjadi karangan.
Pengembangan kerangka karangan argumentasi dapat berpola sebabakibat, akibat-sebab, atau pola pemecahan masalah.
1). Sebab-akibat
Pola  urutan  ini  bermula  dari  topik/gagasan  yang  menjadi  sebab
berlanjut topik/gagasan yang menjadi akibat.
Contoh:
a.   Sebab-sebab kemacetan di DKI Jakarta
a)   Jumlah penggunaan kendaraan
b)   Ruas jalan yang makin sempit
c)   Pembangunan jalur busway
b.   Akibat-akibat kemacetan
a)  Terlambat sampai di kantor
b)  Waktu habis di jalan
2).  Akibat-sebab
Pola urutan ini dimulai dari pernyataan yang merupakan akibat
dan dilanjutkan dengan hal-hal yang menjadi sebabnya.
Contoh :   Menjaga kelestarian hutan
1.  Keadaan hutan kita
2.   Fungsi hutan
3.   Akibat-akibat kerusakan hutan
3).  Urutan Pemecahan Masalah
Pola urutan ini bermula dari aspek-aspek yang menggambarkan
masalah kemudian mengarah pada pemecahan masalah.
Contoh :   Bahaya narkoba dan upaya mengatasinya
1.   Pengertian narkoba
2.   Bahaya kecanduan narkoba
a.   pengaruh terhadap kesehatan
b.  pengaruh terhadap moral
c.   ancaman hukumannya
3.   Upaya mengatasi kecanduan narkoba
4.   Kesimpulan dan saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar